Assalamualaikum.
Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan September tahun 2018 telah merilis buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thingkisng Skills Program Peningkatan Kompetensi Berbasis Zonasi.
Buku Penilaian Berorientasi Higher Order Thingkisng Skills Program Peningkatan Kompetensi Berbasis Zonasi ini menjadikelengkapan dari Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.
Tujuan diterbitkannya buku ini untuk meningkatkan kualitas penilaian yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan peserta didik. Pada akhirnya diharapkan dapat menjembatani pemahaman para guru dalam halpenilaian pembelajaran lebih baik lagi sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
PENILAIAN RANAH SIKAP/AFEKTIF
Pennilaian sikap padapembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklah merubah konsep penilaian sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini. Pada penilaian sikap diasumsikan bahwa setiap peserta didik memiliki perilaku yang baik. Perilaku menonjol (sangat baik atau perlu bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat
ditulis dalam bentuk
jurnal atau catatan pendidik.
Penilaian sikap
mengacu pada
dua
aspek kompetensi sikap yaitu:
- Sikap spiritual mengacu pada Kompetensi Inti-1: Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya.
- Sikap sosial mengacu pada Kompetensi Inti-2: menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.
Komponen sikap spiritual dan sikap
sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan dengan Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi: religiositas, nasionalisme, integritas, kemandirian, dan
gotong royong. Nilai spiritual dan sosial
merupakan sub-sub nilai yang terkandung
dalam PPK.
Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran yang dirancang
dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang
berpasangan. Misalnya, penilaian
kegiatan
pembelajaran
mengamati gambar. Pada kegiatan tersebut, guru dapat melakukan penilaian
sikap ketika siswa mengamati gambar. Sikap yang dinilai
misalnya
karakter mandiri yaitu sub karakter
kerja keras, kreatif, disiplin,
dan
berani.
Teknik penilaian sikap pada Kurikulum 2013 meliputi: observasi, wawancara, catatan
anekdot
(anecdotal record), catatan
kejadian
tertentu
(incidental record) sebagai unsur penilaian utama.
Hasil observasi guru terhadap sikap siswa yang
menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.
PENILAIAN RANAH PENGETAHUAN ATAU KOGNITIF
Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan, secara langsung
penilaian
pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian
pengetahuan dan keterampilan
harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar yang berasal dari KI-3
dan KI-4 pada periode tertentu.
Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan
dengan cara mengukur penguasaan peserta
didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitif dalam berbagai tingkatan proses berpikir. Prosedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan
instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan,
dan
pelaporan, serta
pemanfaatan hasil
penilaian. Teknik penilaian pengetahuan
menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuan berpikir tingkat tinggi (Higher Order Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta
didik untuk
berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.
PENGERTIAN HOTS
Soal-soal HOTS merupakan
instrumen
pengukuran yang
digunakan untuk mengukur kemampuan
berpikir tingkat
tinggi,
yaitu
kemampuan berpikir yang tidak sekadar mengingat
(recall),
menyatakan kembali
(restate), atau merujuk
tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan menerapkan
informasi,
3)
mencari
kaitan
dari
berbagai informasi
yang berbeda-beda, 4)
menggunakan informasi untuk
menyelesaikan
masalah, dan 5) menelaah ide dan
informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal
yang
lebih sulit daripada soal recall.
Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi
metakognitif, tidak sekadar
mengukur dimensi faktual, konseptual,
atau prosedural saja. Dimensi metakognitif menggambarkan kemampuan menghubungkan beberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil
keputusan yang tepat.
Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang
telah
disempurnakan
oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan:
mengetahui (knowing-C1),
memahami (understanding-C2),
menerapkan
(aplying-
C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4),
mengevaluasi (evaluating-C5), dan
mengkreasi (creating-C6).
Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan
indikator soal HOTS,
hendaknya
tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan‟ pada Taksonomi Bloom ada pada ranah
C2 dan C3. Dalam konteks penulisan
soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan‟ bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi)
apabila untuk
menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan
pada stimulus lalu
peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan‟ bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan
menuntut
kemampuan menyusun
strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan
untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.
Puspendik
(2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level
kognitif
sebagaimana
digunakan dalam kisi-kisi UN sejak
tahun pelajaran 2015/2016.
Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman (level1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3).
Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.
- Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)
Level kognitif pengetahuan dan
pemahaman
mencakup dimensi proses
berpikir mengetahui (C1)
dan
memahami (C2).
Ciri-ciri
soal
pada
level 1 adalah mengukur pengetahuan
faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal-
soal
pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut
peserta
didik
harus dapat mengingat
beberapa rumus atau peristiwa,
menghafal definisi, atau
menyebutkan langkah-langkah (prosedur)
melakukan sesuatu.
Namun soal-soal pada level
1 bukanlah merupakan
soal-soal
HOTS.
- Aplikasi (Level 2)
Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tingdaripada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir
menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah
mengukur kemampuan: a)
menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan
soal kategori sedang atau sukar, karena
untuk menjawab
soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa,
menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan
sesuatu. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh KKO
yang sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan
lain-lain.Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu
mengingat,
memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan
prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi unntuk
memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin).
- Penalaran (Level 3)
Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4),
mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada
dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan peserta
didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen,
menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan
menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5)
menuntut
kemampuan peserta didik untuk menyusun
hipotesis, mengkritik,
memprediksi, menilai,
menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan
pada dimensi proses berpikir
mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancang, membangun, merencanakan, memproduksi,
menemukan, memperbaharui, menyempurnakan,
memperkuat, memperindah,
menggubah. Soal-soal pada level penalaran
tidak selalu merupakan soal-soal
sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi &
merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk
memecahkan masalah kontesktual yang
tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep,
dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting
untuk menyelesaiakan
soal- soal level 3
(penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antar lain: menguraikan, mengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, menyimpulkan,
merancang, membangun, merencanakan, memproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, dan
menggubah.
LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN SOAL HOTS
Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.
1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS
2. Menyusun kisi-kisi soal
Kisi-kisi penulisan
soal-soal HOTS bertujuan
untuk para guru dalam menulis butir soal HOTS.
Secara umum, kisi-kisi tersebut
diperlukan untuk
memandu guru dalam:
- memilih KD yang dapat dibuat soal soal HOTs
- merumuskan IPK
- memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji
- merumuskan indikator soal
- menentukan level kognitif
- Menentukan bentuk soal dan nomor soal
Stimulus yang digunakan hendaknya menarik,
artinya
mendorong
peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca
oleh peserta didik.
Sedangkan
stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan
dalam kehidupan
sehari-hari, menarik,
mendorong peserta didik
untuk membaca. Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat
memilih
stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah
setempat.
4. Menulis butir pertanyaan sesuai
dengan kisi-kisi soal
Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir
soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak
berbeda dengan
kaidah penulisan
butir
soal pada umumnya. Perbedaannya
terletak pada
aspek materi,
sedangkan
pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu
soal,
sesuai format
terlampir.
5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban
Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman
penskoran
atau
kunci jawaban. Pedoman penskoran
dibuat untuk bentuk soal
uraian. Sedangkan kunci
jawaban
dibuat untuk bentuk soal
pilihan
ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah,
ya/tidak),
dan
isian singkat.
Semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar