Selasa, 27 November 2018

UNDUH BUKU PENILAIAN BERBASIS HIGHER ORDER THINGKING SKILLS (HOTS) 2018



Assalamualaikum.

Direktorat Jenderal Guru Dan Tenaga Kependidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada bulan September tahun 2018 telah merilis buku  Penilaian Berorientasi Higher Order Thingkisng Skills Program Peningkatan Kompetensi Berbasis Zonasi. 

Buku Penilaian  Berorientasi Higher Order Thingkisng Skills Program Peningkatan Kompetensi Berbasis Zonasi ini menjadikelengkapan dari Buku Pegangan Pembelajaran Berorientasi Pada Ketrampilan Berfikir Tingkat Tinggi Program Peningkatan Kompetensi Pembelajaran Berbasis Zonasi.

Tujuan diterbitkannya buku ini untuk meningkatkan kualitas penilaian yang pada akhirnya akan meningkatkan kualitas lulusan peserta didik. Pada akhirnya diharapkan dapat menjembatani pemahaman para guru dalam halpenilaian pembelajaran lebih baik lagi sehingga mereka dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.


PENILAIAN RANAH SIKAP/AFEKTIF

Pennilaian sikap padapembelajaran yang berorientasi HOTS tidaklamerubah  konsep penilaian  sikap pada Kurikulum 2013 yang telah dipahami oleh guru selama ini.  Pada  penilaian   sikap   diasumsikan bahwa setiap peserta didik  memiliki   perilaku  yang  baik.  Perilaku  menonjol (sangat baik  atau  perlu  bimbingan) yang dijumpai selama proses pembelajaran dapat ditulis dalam bentuk jurnal atau catatan pendidik.


Penilaian sikap mengacu pada dua aspek kompetensi sikap yaitu:
  1. Sikap  spiritual  mengacu  pada  Kompetensi  Inti-1:  Menghargai  dan  menghayati ajaran agama yang dianutnya.
  2. Sikap  sosial  mengacu  pada  Kompetensi  Inti-2:  menghargai  dan  menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri, dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam jangkauan pergaulan dan keberadaannya.


Komponen sikap spiritual dan sikap sosial yang akan dikembangkan juga dikaitkan dengan  Penguatan Pendidikan Karakter (PPK) yang meliputi:  religiositasnasionalisme, integritas, kemandirian, dan gotong royong. Nilai spiritual dan sosial merupakan sub-sub nilai yang terkandung dalam PPK.

Penilaian sikap dilakukan bersamaan dengan kegiatan pembelajaran  yang  dirancang dari KD yang berasal dari KI-3 dan KI-4 yang berpasangan. Misalnya, penilaian kegiatan pembelajaran mengamati gambar. Pada kegiatan tersebut, guru dapat melakukan penilaian sikap ketika siswa mengamati gambar. Sikap yang dinilai misalnya karakter mandiri yaitu sub karakter kerja keras, kreatif, disiplin, dan berani.

Teknik penilaian  sikap  pada  Kurikulum 2013  meliputiobservasiwawancara, catatan  anekdot  (anecdotal record)catatan kejadian  tertentu (incidental record) sebagai unsur   penilaian   utama.   Hasil observasi guru terhadap sikap siswa yang menonjol (positif maupun negatif) saat pembelajaran dicatat dalam jurnal harian.

PENILAIAN RANAH PENGETAHUAN ATAU KOGNITIF

Penilaian pengetahuan dan keterampilan dapat dilakukan secara terpisah maupun terpadu. Pada dasarnya, pada saat penilaian keterampilan dilakukan, secara langsung penilaian pengetahuan pun dapat dilakukan. Penilaian pengetahuan dan keterampilan harus mengacu kepada pemetaan kompetensi dasar yang berasal dari KI-3 dan KI-4 pada periode tertentu.

Penilaian pengetahuan (KD dari KI-3) dilakukan dengan cara mengukur penguasaan peserta didik yang mencakup dimensi pengetahuan faktual, konseptual, prosedural dan metakognitidalaberbagatingkatan proses  berpikirProsedur penilaian pengetahuan dimulai dari penyusunan perencanaan, pengembangan instrumen penilaian, pelaksanaan penilaian, pengolahan, dan pelaporan, serta  pemanfaatan hasil penilaian. Teknik penilaian pengetahuan menggunakan tes tertulis, lisan, dan penugasan. Penilaian hasil belajar diharapkan dapat membantu peserta didik untuk meningkatkan kemampuaberpikitingkat tingg(HigheOrder Thinking Skills/HOTS), karena berpikir tingkat tinggi dapat mendorong peserta didik untuk berpikir secara luas dan mendalam tentang materi pelajaran.


PENGERTIAN HOTS

Soal-soal HOT merupakan   instrumen   pengukura yang   digunakan untuk mengukur kemampuan  berpikitingkat  tinggi,  yaitu kemampuan berpikiyang tidak  sekadamengingat  (recall)menyatakan kembali  (restate),  atau merujuk tanpa melakukan pengolahan (recite). Soal-soal HOTS pada konteks asesmen mengukur kemampuan: 1) transfer satu konsep ke konsep lainnya, 2) memproses dan  menerapkan  informasi,  3) mencari  kaitan  dari  berbagai informasi  yang berbeda-beda, 4) menggunakan informasi untuk menyelesaikan masalah, dan 5) menelaah ide dan informasi secara kritis. Meskipun demikian, soal-soal yang berbasis HOTS tidak berarti soal yang lebih sulit daripada soal recall.

Dilihat dari dimensi pengetahuan, umumnya soal HOTS mengukur dimensi metakognitif, tidak sekadar mengukur dimensi faktual, konseptual, atau prosedurasajaDimensmetakognitimenggambarkan kemampuan menghubungkabeberapa konsep yang berbeda, menginterpretasikan, memecahkan masalah (problem solving), memilih strategi pemecahan masalah, menemukan (discovery) metode baru, berargumen (reasoning), dan mengambil keputusan yang tepat.

Dimensi proses berpikir dalam Taksonomi Bloom sebagaimana yang telah disempurnakan oleh Anderson & Krathwohl (2001), terdiri atas kemampuan: mengetahui (knowing-C1), memahami (understanding-C2), menerapkan (aplying- C3), menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreas(creating-C6). Soal-soal HOTS pada umumnya mengukur kemampuan pada ranah menganalisis (analyzing-C4), mengevaluasi (evaluating-C5), dan mengkreasi (creating-C6). Pada pemilihan kata kerja operasional (KKO) untuk merumuskan indikator soal HOTS, hendaknya tidak terjebak pada pengelompokkan KKO. Sebagai contoh kata kerja “menentukan pada Taksonomi Bloom ada pada ranah C2 dan C3. Dalam konteks penulisan soal-soal HOTS, kata kerja “menentukan bisa jadi ada pada ranah C5 (mengevaluasi) apabila untuk menentukan keputusan didahului dengan proses berpikir menganalisis informasi yang disajikan pada stimulus lalu peserta didik diminta menentukan keputusan yang terbaik. Bahkan kata kerja “menentukan bisa digolongkan C6 (mengkreasi) bila pertanyaan menuntut kemampuan menyusun strategi pemecahan masalah baru. Jadi, ranah kata kerja operasional (KKO) sangat dipengaruhi oleh proses berpikir apa yang diperlukan untuk menjawab pertanyaan yang diberikan.

Puspendik (2015) mengklasifikasikannya menjadi 3 level kognitif sebagaimana digunakan dalam kisi-kisi UN sejak tahun pelajaran 2015/2016. Pengelompokan level kognitif tersebut yaitu: pengetahuan dan pemahaman (level1), aplikasi (level 2), dan penalaran (level 3).

Berikut dipaparkan secara singkat penjelasan untuk masing-masing level tersebut.

  • Pengetahuan dan Pemahaman (Level 1)

Level   kogniti pengetahuan   dan   pemahaman   mencakup   dimens proses berpikir  mengetahui  (C1)  dan  memahami  (C2).  Ciri-ciri  soal  pada  level  1 adalah mengukur pengetahuan faktual, konsep, dan prosedural. Bisa jadi soal- soal pada level 1 merupakan soal kategori sukar, karena untuk menjawab soal tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Namun soal-soal pada level 1 bukanlah merupakan soal-soal HOTS.



  • Aplikasi (Level 2)

Soal-soal pada level kognitif aplikasi membutuhkan kemampuan yang lebih tingdaripada level pengetahuan dan pemahaman. Level kognitif aplikasi mencakup dimensi proses berpikir menerapkan atau mengaplikasikan (C3). Ciri-ciri soal pada level 2 adalah mengukur kemampuan: a) menggunakan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu pada konsep lain dalam mapel yang sama atau mapel lainnya; atau b) menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural tertentu untuk menyelesaikan masalah kontekstual (situasi lain). Bisa jadi soal-soal pada level 2 merupakan soal kategori  sedang  atau  sukar,  karena  untuk  menjawab  soal  tersebut peserta didik harus dapat mengingat beberapa rumus atau peristiwa, menghafal definisi/konsep, atau menyebutkan langkah-langkah (prosedur) melakukan sesuatu. Selanjutnya pengetahuan tersebut digunakan pada konsep lain atau untuk menyelesaikan permasalahan kontekstual. Namun soal-soal pada level 2 bukanlah merupakan soal-soal HOTS. Contoh  KKO  yang  sering digunakan adalah: menerapkan, menggunakan, menentukan, menghitung, membuktikan, dan lain-lain.Level penalaran merupakan level kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS), karena untuk menjawab soal-soal pada level 3 peserta didik harus mampu mengingat, memahami, dan menerapkan pengetahuan faktual, konseptual, dan prosedural serta memiliki logika dan penalaran yang tinggi unntuk memecahkan masalah-masalah kontekstual (situasi nyata yang tidak rutin). 

  • Penalaran (Level 3)

Level penalaran mencakup dimensi proses berpikir menganalisis (C4), mengevaluasi (C5), dan mengkreasi (C6). Pada dimensi proses berpikir menganalisis (C4) menuntut kemampuan peserta didik untuk menspesifikasi aspek-aspek/elemen, menguraikan, mengorganisir, membandingkan, dan menemukan makna tersirat. Pada dimensi proses berpikir mengevaluasi (C5) menuntut kemampuan peserta didik untuk menyusun hipotesis, mengkritik, memprediksi, menilai, menguji, membenarkan atau menyalahkan. Sedangkan pada dimensi proses berpikir mengkreasi (C6) menuntut kemampuan peserta didik untuk merancangmembangun,  merencanakanmemproduksi, menemukan, memperbaharui, menyempurnakan, memperkuat, memperindah, menggubah. Soal-soal pada level penalaran tidak selalu merupakan soal-soal sulit. Ciri-ciri soal pada level 3 adalah menuntut kemampuan menggunakan penalaran dan logika untuk mengambil keputusan (evaluasi), memprediksi & merefleksi, serta kemampuan menyusun strategi baru untuk memecahkan masalah kontesktual yang tidak rutin. Kemampuan menginterpretasi, mencari hubungan antar konsep, dan kemampuan mentransfer konsep satu ke konsep lain, merupakan kemampuan yang sangat penting untuk menyelesaiakan soal- soal level 3 (penalaran). Kata kerja operasional (KKO) yang sering digunakan antar lainmenguraikanmengorganisir, membandingkan, menyusun hipotesismengkritik, memprediksimenilaimenguji, menyimpulkan, merancangmembangunmerencanakan, memproduksimenemukanmemperbaharui,  menyempurnakan,  memperkuat,  memperindahdan menggubah.



LANGKAH-LANGKAH PENYUSUNAN SOAL HOTS


Untuk menulis butir soal HOTS, penulis soal dituntut untuk dapat menentukan perilaku yang hendak diukur dan merumuskan materi yang akan dijadikan dasar pertanyaan (stimulus) dalam konteks tertentu sesuai dengan perilaku yang diharapkan. Selain itu uraian materi yang akan ditanyakan (yang menuntut penalaran tinggi) tidak selalu tersedia di dalam buku pelajaran. Oleh karena itu dalam penulisan soal HOTS, dibutuhkan penguasaan materi ajar, keterampilan dalam menulis soal (kontruksi soal), dan kreativitas guru dalam memilih stimulus soal sesuai dengan situasi dan kondisi daerah di sekitar satuan pendidikan. Berikut dipaparkan langkah-langkah penyusunan soal-soal HOTS.


1. Menganalisis KD yang dapat dibuat soal-soal HOTS


Terlebih dahulu guru-guru memilih KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS. Tidak semua KD dapat dibuatkan model-model soal HOTS. Guru-guru secara mandiri atau melalui forum KKG/MGMP dapat melakukan analisis terhadap KD yang dapat dibuatkan soal-soal HOTS.

2. Menyusun kisi-kisi soal

Kisi-kisi penulisan soal-soal HOTS bertujuan untuk para guru dalam menulis butir soal HOTS. Secara umum, kisi-kisi tersebut diperlukan untuk memandu guru dalam:
  • memilih KD yang dapat dibuat soal soal HOTs
  • merumuskan IPK
  • memilih materi pokok yang terkait dengan KD yang akan diuji 
  • merumuskan indikator soal
  • menentukan level kognitif
  • Menentukan bentuk soal dan nomor soal
3. Memilih stimulus yang menarik dan kontekstual

Stimulus  yang  digunakan  hendaknymenarik,  artinya  mendorong  peserta didik untuk membaca stimulus. Stimulus yang menarik umumnya baru, belum pernah dibaca  oleh  peserta  didik.  Sedangkan  stimulus kontekstual berarti stimulus yang sesuai dengan kenyataan dalam kehidupan sehari-hari, menarik, mendorong peserta didik untuk membaca. Dalam konteks Ujian Sekolah, guru dapat memilih stimulus dari lingkungan sekolah atau daerah setempat.

4. Menulis butir pertanyaan sesuai dengan kisi-kisi soal

Butir-butir pertanyaan ditulis sesuai dengan kaidah penulisan butir soal HOTS. Kaidah penulisan butir soal HOTS, agak berbeda dengan kaidah penulisan butir soal  pada  umumnya.  Perbedaannya  terletak  pada  aspek  materi, sedangkan pada aspek konstruksi dan bahasa relatif sama. Setiap butir soal ditulis pada kartu soal, sesuai format terlampir.

5. Membuat pedoman penskoran (rubrik) atau kunci jawaban

Setiap butir soal HOTS yang ditulis hendaknya dilengkapi dengan pedoman penskoran atau kunci jawaban. Pedoman penskoran dibuat untuk bentuk soal uraian. Sedangkan  kunci  jawaban  dibuat  untuk  bentuk  soal  pilihan ganda, pilihan ganda kompleks (benar/salah, ya/tidak), dan isian singkat.

Semoga bermanfaat.

UNDUH BUKU PENILAIAN BERORIENTASI HOTS DISINI


Tidak ada komentar:

Posting Komentar